Kamis, 13 November 2014

Rusli Zainal, Bapak Pembangunan Riau

Rusli Zainal...ketika menyebutkan nama ini, tentu terbayang wajah ramah, tegas, dan dipastikan kita akan membayangkan tentang wajah Riau. Wajah Riau yang sudah terhias oleh banyak jembatan, gedung-gedung tinggi yang megah, infrastruktur yang dibangun untuk kepentingan umum dan banyak pembangunan lain yang Ia lakukan dalam dua periode kepemimpinannya. Maka tak heran, jika Gubernur Riau ini mendapat gelar sebagai Bapak Pembangunan Riau.

Jasa Rusli membangun negeri Lancang Kuning tidak bisa dipandang sebelah mata. Ditangannya,  Provinsi Riau yang tadinya tidak diperhitungkan, kini bertransformasi dan menjadi primadona untuk tingkat regional, nasional bahkan internasional. Jika pada akhir masa pengabdiannya ternoda,  apakah kita boleh menghina tanpa mengingat sumbangsih besarnya pada provinsi ini?

‘The New Rising Star’, begitulah julukan yang cocok kala Rusli mulai menapaki kancah perpolitikan di Riau. Baru dua tahun menjabat sebagai anggota DPRD Riau, Ia langsung dipercaya untuk memimpin Kabupaten Indragiri Hilir periode 1999-2003.

Selama kepemimpinannya, Rusli berhasil menaikkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang tadinya hanya 69 Miliar, menigkat 500 persen menjadi 397 Miliar Rupiah. Pada akhir masa kepemimpinannya sebagai Bupati Inhu, Rusli mempersembahkan jembatan megah bernama Jembatan Rumbai Jaya yang menghubungkan Indragiri Hilir dan Inhu. Jembatan tersebut sudah tentu membuat kelancaran transportasi yang berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Ia kemudian terpilih menjadi Gubernur Riau periode pertama pada 2003-2008. Selama kepemimpinannya tersebut Rusli sangat menyadari bahwa ‘Riau ibarat gadis berparas ayu namun kurang bersolek’. Bagaimana tidak, Riau dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Tidak hanya Sumber Daya Alam (SDA) terbarukan, tetapi juga SDA tidak terbarukan. Posisinya pun sangat strategis sehingga mendukung kegiatan perdaganagan.

Meski dengan kelebihan Riau ini, ternyata  belum membuat para investor terpana dengan kekayaan Riau yang belum dikemas dengan baik, terutama di bidang pemerintahan, infrastruktur, dan ketersediaan energi.

Rusli kemudian membuat terobosan percepatan pembangunan melalui program Pengentasan Kebodohan, Kemiskinan, dan Pembangunan Infrastruktur (K2I). Ia lalu mengumpulkan semua pimpinan daerah tingkat II untuk meredam konflik ego sektoral sehingga dapat membangun bersama.

Program K2I berdampak besar. Pria kelahiran 3 Desember 1957 tersebut terus menggesa K2I. Pembangunan jalan menjadi sangat penting untuk percepatan pembangunan jangka panjang. Dimasanya jalan beraspal yang tadinya sepanjang 889,86 KM menjadi 1.008,28 KM, jalan  berkerikil yang tadinya sepanjang 799,08 KM maka di tahun 2007 menjadi 1.198,86 KM. Sementara itu total pertambahan jalan provinsi yang semula hanya sepanjang 2.162,08 KM menjadi 3.033,3 KM.

Geografis Riau yang banyak dilalui sungai juga menjadi pehatian Rusli untuk membangun jembatan. Seperti Jembatan Perawang, Jembatan Siak 3 serta Jembatan Siak 4 yang saat ini sedang digesa pembangunannya. Tentunya pembangunan jembatan ini akan meminimalisir daerah-daerah terisolir yang ada di Riau.

Ketika infrastruktur dibenahi, Riau mulai diminati
Ketika efek pembenahan infrastruktur sudah  mulai terasa, Suami dari Septina ini kemudian memunculkan inovasi-inovasi lain untuk lebih memperkenalkan Bumi Minyak ini. Ditingkat nasional, Riau mulai dipercaya menyelenggarakan event-event besar. 

Festival Film Indonesia (FFI) merupakan salah satu event besar yang pernah diselenggarakan Riau untuk bidang seni. Sedangkan untuk bidang olahraga, pada 2012 lalu, Riau dipercaya meyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional yang merupakan event olahraga terbesar di Indonesia.

Pembenahan infrastruktur serta kepercayaan pihak pusat terhadap Riau mampu menarik investor
untuk berinvestasi di Riau. Tercatat nilai kumulatif Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM) yang berhasil dihimpun Provinsi Riau bernilai 19,31 Trilyun Rupiah.

Laju pertumbuhan ekonomian Provinsi Riau bahkan tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kurun waktu hingga tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau adalah 8,4 % jauh di atas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 6 %. Hebatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tidak lagi semata mata bertumpu pada sektor sumber daya alam yang tidak terbarukan seperti minyak dan gas (migas), melainkan pada sektor sumber daya alam yang terbarukan seperti perkebunan.
 
Rusli tidak hanya melakukan pembangunan fisik saja, melainkan juga membangun mental masyarakatnya dengan Ilmu pengetahuan. Pada bidang pendidikan, Ia menginginkan agar pendidikan mendapatkan porsi 20 % dari APBD. Dana itu pun ia gunakan untuk membangun 11 unit SMK baru dan laboratoriumnya yang berbasis pada potensi suatu daerah. Selain membangun sekolah baru, Rusli Zainal juga meningkatkan sertifikasi guru dari jenjang D1 menjadi S1. Imbasnya Riau meraih peringkat ke dua nasional untuk rata rata nilai Ujian Nasional (UN).

 Dunia kesehatan pun tak luput dari pembagunan yang digagas Rusli Zainal. Jika pada tahun 2004 terdapat 33 unit Rumah sakit, 155 unit Puskesmas, 692 unit Puskesmas pembantu, maka di tahun 2011 jumlahnya menjadi 54 unit Rumah Sakit, 201 unit Puskesmas, dan 836 unit Puskesmas pembantu. Pada tahun 2011 jumlah paramedis (dokter) di Provinsi Riau sebanyak 1602 orang yang terdiri dari 167 dokter spesialis, 932 dokter umum, dan 503 dokter gigi.

Dengan semakin meningkatnya Rumah sakit dan Puskesmas ternyata berdampak positif pada kesehatan masyarakat. Jumlah kematian ibu menurun,  jumlah kematian Parinatal dapat di tekan hingga berada di bawah 1300.


Kondisi makro perkembangan gizi masyarakat Riau pun menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni berada di angka 83, 6 %, serta menurunnya penderita gizi buruk hingga 3,3 %. Peningkatan di berbagai sektor ini membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Riau berada di peringakat 3 Nasional setelah DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.

Berbakti pun tetap diuji
Namun seperti sebuah kata pepatah ‘ tak ada gading yang tak retak,’ Dibalik gemilangnya angka angka statistik dan gedung gedung megah di Provinsi Riau masih terdapat kekurangan di sana sini.

Misalnya, perkebunan luas yang dimiliki Provinsi Raiu. Pada satu sisi perkebunan dapat meningkatkan kesejahteraan, akan tetapi dampak kerusakan alam banyak ditimbulkan dari kegiatan membuka lahan. Perambahan hutan kini dalam taraf yang sangat menakutkkan. Cara yang paling murah dilakukan yakni dengan dibakar.

Efeknya, terang saja negeri tetangga selalu mengeluhkan asap kirimina dari Riau tiap kali kebakaran terjadi. Ketika begitu, nama baik bangsa pun menjadi taruhannya. Presiden Susilo Yudhoyono bahkan turun tangan langsung mengatasi asap karena menganggap pemerintah daerah tidak siap.

Memang, untuk urusan yang satu ini SBY pantas marah, bagaimana tidak, kejadian yang rutin setiap tahun tidak bisa diantisipasi terus menerus. Pemerintah daerah seolah tidak belajar dari pengalaman yang berdampak buruk terhadap nama baik negara.

Krisis listrik yang terjadi juga menjadi tantangan bagi Riau dibawah kepemiminan Rusli. Betapa tidak, Perusahaan Listrik Negara (PLN) seperti dosis minum obat saat melakukan pemadaman listrik, tiga kali sehari. Bukan hanya masyarakat, Investor juga dibuat geram dengan ulah PLN yang selalu mempunyai alasan yang sama setiap tahun, bahwa pemadaman dilakukan karena terjadi kemarau panjang sehingga PLTA Koto Panjang kekurangan air. Jika ada perusahaan pembanding, PLN mungkin sudah lama ditinggalkan pelanggannya karena minim inovasi.

Selain itu, semangat membangun yang dilakukan Rusli tidak diikuti dengan semangat untuk memelihara. Lihat saja, gedung-gedung megah seperti gelanggang olah raga sepi tak bertuan, venue-venue PON yang dibangun bermiliaran rupiah hanya berteman dengan lumut dan rumput-rumput yang meninggi. Pustaka Soeman HS yang menjadi perpustakaan terbesar di Sumatera juga minim koleksi buku-bukunya.

Cakupan pembangunan seharusnya juga diperluas hingga pelosok. Pasalnya selama ini daerah pinggiran seakan tak terjamah dengan tangan dingin Rusli. Misalnya daerah-daerah yang hingga kini gelap gulita belum teraliri listrik. Kasus ini juga pasti masih banyak dialami oleh provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Bidang birokrasi juga menjadi sorotan dan tantangan tersendiri. Seperti permasalahan birokrasi ditempat lain, di Riau juga memiliki masalah serupa yakni inefisiensi birokrat. Tidak tanggap terhadap inovasi teknologi, kemampuan Pegawai Negri Sipil yang masih rendah dan kurang inovasi, serta sistem feodal yang masih melekat kuat di pemerintahan merupakan hal-hal yang harus dibenahi. Jabatan kemudian menjadi sebuah prestise dan kebanggaan, bukan menjadi sebuah tanggungjawab pengabdian dan medan pelayanan bagi masyarakat.

Riau memang bertransformasi kala kepemimpinan Rusli, dan tantangan kedepan menuntut Rusli-Rusli muda untuk melakukan hal lebih terhadap semangat membangun serta semangat untuk merawat. Semangat pembangunan bukan tanggungjawab Rusli semata.  Hal-hal yang menjadi kekurangan Riau tentunya menjadi pe-er bagi kepemimpinan mendatang.

Semua lapisan masyarakat terutama pemimpin-pemimpin yang saat ini menjabat mempunyai tanggung jawab besar untuk membangun Riau. Tentunya pembangunan dengan semangat kejujuran dan untuk kepentingan masyarakat. Lalu Mampukah kita yang ada saat ini melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Rusli untuk Riau? Jika belum, masih pantaskah kita menyalahkannya tanpa mengingat pengabdiannya?

2 komentar: