Bencana Asap beberapa waktu lalu melanda wilayah Provinsi Riau. Asap memang menjadi langganan akibat tangan-tangan jahat yang sengaja membakar hutan. Rata-rata 160 ribu hektare hutan di Riau terbakar setiap tahun. Hal ini sudah berlangsung selama 17 tahun terakhir. Kualitas udara berada pada level berbahaya, yaitu lebih besar dari 500 PSI dan berimbas pada kesehatan warga. Puncaknya adalah pada 27 Februari 2014, dimana pemerintah Provinsi Riau menetapkan status tanggap darurat kabut asap.
Musibah kabut asap telah memunculkan kepedulian banyak pihak untuk membantu mengatasi masalah tersebut di tengah masyarakat. Berbagai LSM, ormas, organisasi hingga partai politik melakukan upaya suka rela untuk membantu masyarakat korban asap. Berbagai bentuk bantuan tersebut diantaranya seperti bagi-bagi masker, sumbangan dana pengobatan, penyuluhan antisipasi kabut asap dan sebagainya. Semua elemen berupaya untuk membantu mengatasi masalah yang ada.
Demikian halnya dengan Dinas kesehatan Provinsi Riau yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah berupaya keras dalam melakukan upaya promotif preventif penanggulangan kabut asap. Dinas kesehatan berperan besar dalam upaya pelayanan kesehatan bagi mereka yang terdampak dari asap ini.
Tercatat sekitar 48 ribu warga lebih menderita berbagai penyakit yang disebabkan oleh asap. Sekitar 42 ribu warga terserang Ispa, 800 lebih warga pnemonia, sekitar 1700 warga terserang asma, 1600 menderita sakit mata, dan sekitar 2300 lebih warga terserang penyakit kulit. Kasus Ispa tertinggi adalah di Pekanbaru yakni mencapai 11 ribu orang lebih.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau melakukan berbagai upaya–upaya antara lain membentuk Tim Gerak Cepat (TGC) ditingkat Provinsi dan Kab/Kota. Masing-masing Kabuoaten dan kota mendirikan pos dan posko kesehatan yang berujuan memberikan pengobatan gratis terhadap masyarakat yang menjadi korban kabut asap.
Dinkes juga terus melakukan koordinasi dengan pihak Kabupaten/Kota terkait ketersediaan masker dan obat-obatan serta petugas yang menangani pasien kabut asap. Dinkes Riau mendistribusikan masker kepada Dinas Kesehatan Kabupaten untuk dibagikan kepada masyarakat secara langsung.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Riau, Zainal Arifin mengatakan, sejak terjadi asap, pihaklanya langsung menginstrusikan kepada Dinas Kesehatan di 12 kabupaten di Riau untuk menyiagakan puskesmas dan rumah sakit. Untuk memastikan masyarakat aman terhadap pelayanan kesehatan, pihaknya juga terus memantau ketersedian obat dan dokter untuk menangani pasian selama terjadinya kabut asap.
“Kami selalu memantau ketersediaan obat di seluruh Kabupaten/kota, karena masing-masing kabupaten ada posko tim gerak cepat di dinas kesehatan provinsi/kabupaten. Dan kebutuhna obat mereka masih tercukupi.” ungkap orang nomor satu di dunia kesehatan Riau ini.
Dinkes Riau juga memberikan himbauan kepada seluruh satuan kerja untuk membantu mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahaya asap. “ Waktu terjadi asap, kita terus mengimbau seluruh pemerintah kabupaten, kantor dinas, instansi, dan satker (satuan kerja) agar turut mensosialisasikan kepada masyarakat, dengan menggerakkan seluruh komponen agar membatasi kegiatan di luar rumah, gedung, kantor dan ruangan," ujar Kadinkes lagi.
Pihaknya juga mengirim tim penilaian cepat untuk melakukan Rapid Health Assesment (RHA) dan mendeteksi adanya peningkatan kasus ISPA, melakukan pemantauan kualitas udara, berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kehutanan ,Dinas Perhubungan, POLRI, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) dan relawan dalam Tim Bencana. Selain itu juga melakukan sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota terkait antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan di lapangan.
Tak hanya itu, Dinkes Riau juga melibatkan beberapa operator seluler untuk menyebarkan pesan singkat atau SMS kepada masyarakat berisi tentang informasi tetang penyuluhan menghindari bahaya kabut asap. Melalui SMS ini, masyarakat juga diminta untuk mengurangi aktivitas di luar gedung atau ruangan saat kabut asap. Penyuluhan juga dilakukan melalui berbagai media seperti tv dan radio serta sosialisasi langsung ditempat-tempat umum. Semua upaya yang dilakukan merupakan bentuk nyata tanggungjawab Dinkes terhadap penanganan korban asap di Riau.
Bahu membahu tangani asap
Selain Dinkes, berbagai upaya juga dilakukan berbagai pihak agar kualitas udara di Wilayah Riau kembali normal. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan operasi tanggap darurat asap. Dibawah komando langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Operasi darurat ini dijalankan dengan melibatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lengkap dengan peralatannyadan dilakukan secara gencar.
Operasi Terpadu Penanggulangan Bencana Asap di Riau yang berada dibawah kendali BNPB melibatkan 5.110 personel, terdiri dari 3.181 prajurit TNI dan 1.929 unsur lainnya berhasil memadamkan 172 titik api atau sekitar 19.642 hektar kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. 172 titik api yang berhasil dipadamkan tersebut tersebar di beberapa lokasi diantaranya wilayah Siak, Dumai, Bengkalis, Rohil, Kampar dan Pelalawan.
Untuk mengurangi ketebalan asap pemerinatah Provinsi Riau bekerja sama dengan Satuan Tugas melakukan 32 kali water bombing Kamov, Sikorsky 119 kali di daerah Bukit Batu dan Palintung Dumai. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan rekayasa cuaca/ TMC dengan menggunakan pesawat Cassa yang mengangkut 2 ton garam untuk ditabur di wilayah Siak dan Pelelawan, serta dengan pesawat Hercules yang mengangkut 5 ton garam untuk ditabur di wilayah Bangkinang, Kampar dan Inhu. Rekayasa cuaca ini berhasil membuat terjadinya hujan ringan, sedang di Pekanbaru dan seluruh wilayah Riau.
Meskipun kabut asap di Riau sudah berlalu di sebagian kawasan di Riau, namun upaya pencegahan terhadap pembakaran hutan dan lahan harus terus dilakukan. Agar Riau masa depan, masih bisa menikmati hijaunya hutan, serta udara yang bersih dan segar. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar